Minggu, 24 April 2011
Menyibak 'Blue Ocean' dengan Sinergi dan Akuisisi.
Dukungan finansial yang memadai, Telkom sebagai BUMN telekomunikasi coba menyibak peluang bisnis baru (blue ocean) yang pertumbuhannya masih tinggi dengan mengandalkan strategi sinergi dan akuisisi. Seberapa efektif?
Seperti diakui Telkom, jenuhnya pasar membuat perusahaan incumbent tersebut tak lagi cuma menggantungkan asa pendapatan dari bisnis telekomunikasi berbasis fixed, mobile dan multimedia (FMM) saja, namun juga information, media dan edutainment.
Itu sebabnya, kata Head of Corporate Communication & Affair Telkom, Eddy Kurnia, Telkom mengusung jargon baru yang diberi nama TIME sejak 23 Oktober 2009 lalu--Telecommunication, Information, Media dan Edutainment.
"Langkah kami untuk menjadi perusahaan TIME terbesar di Indonesia, antara lain dengan melakukan akuisisi perusahaan yang bergerak di bidang Information, Multimedia dan Edutainment," ucap Eddy dalam keterangan tertulisnya, Senin (25/4/2011).
Aksi korporasi yang telah dilakukan antara lain mengakuisisi PT Sigma Citra Caraka yang bergerak di bidang IT services, PT AdMedika untuk e-health, Mojopia untuk e-commerce, content and communication dan paling akhir adalah membuat perusahaan patungan PT Melon Indonesia dengan SK Telecom dari Korea Selatan untuk pengembangan musik digital.
"Tujuan yang ingin dicapai dengan akuisisi tersebut menciptakan peluang bisnis baru ataublue ocean yang pertumbuhannya masih tinggi terutama new wave business dengan basis IME. Sedangkan legacy business dengan basis telekomunikasi, tetap dipertahankan pertumbuhannya dan tetap menjadi cash cow Telkom," papar Eddy.
Mulai Tumbuh
Terkait perkembangan dari masing-masing perusahaan yang sudah diakusisi, semuanya diklaim Telkom menunjukkan pertumbuhan yang bagus.
Sigma diandalkan untuk menggenjot pertumbuhan di sektor IT services business. Sementara Mojopia (plasa.com) fokus untuk e-commerce bagi usaha kecil dan menengah (UKM). Sedangkan Melon untuk menyongsong bisnis era musik digital. "Untuk AdMedika sendiri tumbuh sekitar 30%," kata Eddy.
"Kontribusi new waves business terhadap keseluruhan revenue Telkom saat ini sekitar 15-20 persen dan kecenderungannya terus meningkat," lanjut dia.
Bulan Februari lalu, Telkom meluncurkan layanan baru yakni Delima atau Delivery Money Acces. Delima merupakan jasa pengiriman uang (money remittance) secara elektronik.
"Belum banyak pemain dalam bidang money remittence ini, sementara kebutuhan jasa pengiriman secara cepat dan mudah semakin tinggi. Telkom meyakini masa depan layanan pengiriman uang sangat cerah yang tentunya akan memberikan kontribusi nyata terhadap revenue Telkom," harap Eddy.
Khusus PT Infomedia Nusantara, anak usaha lainnya, Telkom optimistis bisnis BPO (Business Process Outsourcing) dan contact center di Indonesia masih memiliki potensi yang sangat besar.
Pada tahun 2011 ini, potensi bisnis outsourcing di dunia diprediksi mencapai US$ 540 miliar. Sedangkan untuk Indonesia, potensi bisnis ini diperkirakan mencapai Rp 36 triliun.
Selain itu, jumlah seat call center di Indonesia baru 20.000 seat. Ini tergolong masih sangat rendah dibandingkan dengan negara-negara tetangga yang memiliki jumlah penduduk jauh lebih sedikit dibanding Indonesia, seperti Singapura (28.000 seat) dan Filipina (160.000 seat), apalagi jika dibandingkan dengan Cina (220.000 seat) dan India (350.000 seat).
"Dengan penduduk lebih dari 200 juta jiwa dan perkiraan pelanggan lebih dari 100 juta jiwa, tentu saja jumlah seat yang hanya 20.000 seat tersebut masih jauh dari kata cukup. Tentunya Infomedia memiliki peluang yang besar dalam merebut pangsa pasar sebagai BPO," kata Eddy.
Sementara AdMedika, anak perusahaan hasil akuisisi yang bergerak di industri business outsourcing e-health, juga diklaim Telkom menunjukan pertumbuhan yang menggembirakan. Sebagai third party administrator (TPA) yang melayani pelanggan dalam hal klaim asuransi kesehatan, AdMedika sudah mengembangkan sistem secara elektronik.
"Industri business outsourcing e-health sedang berkembang dengan perkiraan jumlah anggota 10 juta orang, sedangkan AdMedika saat ini sudah memiliki anggota sebanyak 1,5 juta. Artinya peluang AdMedika untuk berkembang sangat terbuka luas," papar Eddy.
Telkom sendiri merogoh kocek sebanyak Rp 132 miliar untuk mengakuisisi 75% saham Admedika pada 2010 lalu. Pendapatan Admedika sendiri pada 2010 lalu mencapai Rp. 43,9 miliar dan laba bersih Rp 8,2 miliar.
Pendapatan Admedika pada kuartal I 2011 ini adalah Rp 15,6 miliar dan laba bersih Rp 5,2 miliar. "Target pendapatan Admedika 2011 sebesar Rp 76,4 miliar dan target net income Rp 11,2 miliar, Telkom optimistis target tersebut bisa tercapai," lanjut Eddy.
Anak usaha lain yang bergerak di industri multimedia dan siaran berbayar, Telkom Vision, pada tahun 2010 lalu membukukan pendapatan sebesar Rp 161,6 miliar. Meningkat Rp 53,9 miliar atau naik 50,1% dibandingkan dengan tahun 2009 yang hanya Rp 107,7 miliar.
Pada tahun 2011, TelkomVision ditargetkan meraih total pendapatan sebesar Rp 258,2 miliar. Sampai dengan triwulan I 2011 ini, pendapatan Telkom Vision telah mencapai Rp 49,4 miliar atau sekitar 19% dari total target pendapatan tahun 2011.
Anak perusahaan lain yang juga menjadi 'sapi perah' Telkom ialah Finnet. "Kecenderungan less cash society mendorong pertumbuhan Finnet secara cukup berarti. Pendapatan Finnet pada 2010 lalu tumbuh sebesar 127% dibanding 2009, jauh di atas pertumbuhan industri yang hanya sebesar 13%," pungkas Eddy.
http://www.detikinet.com/read/2011/04/25/092512/1624336/328/menyibak-blue-ocean-dengan-sinergi-dan-akuisisi?i991101105
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan lupa tinggalin komentar :D